Tampilkan postingan dengan label filosofi rumah adat bali. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label filosofi rumah adat bali. Tampilkan semua postingan

Selasa, 05 Juli 2011

Bagian Rumah Adat Bali

Rumah Adat Bali pada umumnya didesign dengan memenuhinya dengan ukiran, hiasaan, pewarnaan dan peralatan. Nah, dalam unsur unsur design rumah adat bali ini memiliki sebuah makna dan sebagai alat komunikasi spiritual. Dalah hal ini di diungkapkan dengan adanya patung patung dalam rumah adat bali.

Berjalan-jalan di seputar Bali tak perlu heran jika di setiap persimpangan jalan, Anda melihat sesajen di atas wadah dari janur dan ada kembang rupa rupi dan dupa yang menyala di sekitar rumah adat bali. Pura (baca: pure) pun bertebaran di segala tempat. Rumah, pertokoan, perkantoran, punya pura. Di Bali memang 90 % lebih penduduknya menganut agama hindu. 

Kadang-kadang sebagai corak magis rumah adat bali lengkap dengan huruf simbol mantra-mantra. Misalnya rumah adat bali memiliki hiasan karang bona berbentuk kepala raksasa yang dilukiskan dari leher ke atas lobang pintu kori Agung atau pada Bade wadah. Hiasan karang sal berbentuk kepala kelelawar bertanduk dengan gigi runcing pada rumah adat bali ditempatkan di atas pintu kori atau pintu rumah tinggal dan beberapa tempat lainnya.

Filosofi Rumah Adat Bali


Rumah Adat Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China).Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah adat bali dan lingkungannya.Bentuk-bentuk ragam hias dari jenis fauna juga berfungsi sebagai simbol-simbol ritual yang ditampilkan dalam patung rumah adat bali.
 Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah adat bali dan lingkungannya.Sebaliknya hal-hal yang bisa dan tidak dianggap keramat atau suci diletakkan ke arah laut yang disebut kelod.Dengan demikian pura desa yang diangggap suci diletakkan pada arah gunung (kaja), sedang pura dalem atau kuil yang ada hubungannya dengan kuburan dan kematian diletakkan ke arah laut atau kelod. Ragam hias/ukiran yang dikenakan pada rumah adat bali bagian-bagian bangunan dari jenis tumbuhan antara lain:

1. Keketusan, rumah adat bali memiliki motif tumbuhan yang dibuat dengan lengkungan-lengkungan serta bunga-bunga besar dan daun-daun yang lebar, biasanya ditempatkan pada bidang-bidang yang luas.
2. kekarangan, rumah adat bali memiliki suatu pahatan dengan motif suatu karangan yang memyerupai tumbuhan lebat dengan daun terurai ke bawah atau menyerupai serumpun perdu. Hiasan ini biasanya dipahatkan pada sudut kebatasan sebelah atas, disebut karang simbar, dan ditempatkan pada sendi tiang tugek disebut karang suring.
3. pepatran, rumah adat bali memiliki hiasan bermotif bunga-bungaan. Misalnya Patra Sari ditempatkan pada bidang yang sempit seperti tiang-tiang dan blandar, patra lainnya adalah patra pid-pid, patra samblung, patra pal, patra ganggong, patra sulur dan lain-lain, semuanya

Ragam hias dalam rumah adat bali tersebut mengandung arti tertentu sebagai ungkapan keindahan simbol-simbol dan penyampaian komunikasi.